Monday, June 11, 2007

My Lessons in Malaysia

Selama seminggu terakhir kemarin kembali saya berkesempatan mengalami hari-hari yang agak berbeda seiring dengan keikutsertaan saya dalam regional training yang diadakan perusahaan saya. Dalam kesempatan kali ini saya ingin berbagi hal-hal yang Tuhan ajarkan kepada saya selama masa-masa tersebut. Ingin tahu ceritanya? Begini kawan...

Pelajaran 1: Alone but not lonely.
Itulah perasaan pertama yang menyergap hati saya saat memasuki kamar hotel. Waah... ada jin-nya gitu? Apalagi di dinding tergantung lukisan abstrak berwarna gelap dengan sedikit bercak merah seperti darah... Hahaha, bukan tetapi waktu menikmati keindahan suasana dan fasilitas kamar saya menyadari bahwa saya bisa melakukan banyak hal yang saya inginkan dan orang-orang tidak akan mengetahuinya. Saya bisa menonton film apa saja termasuk film-film seronok yang ditampilka TV, pakai air kamar mandi sebanyak-banyaknya karena tidak perlu bayar lebih, pasang semua lampu biarpun tidak perlu, pasang AC terus meskipun kamar sudah saya tinggalkan kebetulan slot elektronik kamar tidak harus dari kartu kamar dan cleaning service staff tidak akan berani mencabutnya. Pendek kata, saya bisa meng-abuse fasilitas yang tersedia tanpa seorang pun tahu. Betulkah begitu?

Ada ungkapan bilang berintegritas itu artinya tetap melakukan yang seharusnya saat tidak ada seorangpun tahu. Motivasinya? Seringkali karena untuk membentuk karakter yang baik. Kebiasaan yang baik.
Tapi buat anak Tuhan, lebih lagi daripada itu bukan? Setelah soal pembentukan karakter agar semakin serupa Kristus ada yang lain lagi. Yaitu apakah Tuhan melihat saya meninggikan Dia dalam hidup saya lewat kesaksian hidup saya hingga melalui hal-hal terkecil sekalipun. Bukan hanya sekadar membentuk saya agar jadi lebih baik. Saya. Saya saja. Tetapi setelahnya juga orang lain yang berinteraksi dengan saya. Saat saya tinggalkan kamar itu, cleaning service staff yang membersihkan bisa mengetahui klaim saya sebagai anak Tuhan lewat barang-barang saya. Apakah dia melihat Tuhan ditinggikan dalam hidup saya?

Pelajaran 2: "Give us this day our daily bread." (Matthew 6:11 NASB)
Dalam setiap event dengan perusahaan, saya seperti dilimpahi dengan berbagai makanan yang sangat lebih dari cukup untuk memuaskan rasa lapar saya (termasuk soal lapar mata). Saya amati dalam beberapa hari pertama berat badan saya pasti naik karena terasa kurang longgarnya beberapa pakaian yang saya bawa. Saya jadi malu, huhuhu.... Karena meskipun saya tidak menyisakan makanan sedikitpun tapi dalam beberapa kesempatan saya lupa mengambil secukupnya. Tuhan juga menolong saya untuk bertobat dengan mendatangkan rasa sesak yang tidak enak akibat kelebihan gizi. Sehingga di hari-hari berikutnya saya pun dengan gembira melewatkan beberapa makanan yang saya rasa sudah cukup saya konsumsi. Dan ini justru membuat saya benar-benar bisa menikmati makanan yang saya telan hingga suap terakhir. Di malam terakhir saat seorang temen bertanya, "How many percent full are you?" waktu saya meletakkan sumpit saya. Saya jawab, "About 80% but that's enough, I really love this food..." Betul, bener-bener yummy...!

P.S. Sedikit tips, karena panjangnya waktu makan kita mempengaruhi rasa kenyang di perut, gunakanlah alat-alat makan yang tidak biasa kita gunakan sehingga membantu kita untuk mengurangi banyaknya makanan yang masuk, satu tangkai sumpit, garpu di tangan kiri, sendok terbalik, dll. =D

Pelajaran 3: Are you a Christian
Itu pertanyaan rekan-rekan yang saya jawab dengan, "Yes, how do you know?", dan dijawab kembali, "Because you seemed to pray just now before having your meal." Apakah saya satu-satunya pengikut Kristus disana? Tidak. Ada beberapa rekan dari negara lain yang juga Kristen. Tetapi yang berdoa sebelum makan hanya saya. Kadang ada rasa jengah karena aktivitas kecil saya pasti jadi perhatian apalagi karena yang confessed Christian lain tidak berdoa. Dan yang terlebih lagi adalah dengan mengetahui kedalaman pengetahuan (bukan pengertian) saya tentang ajaran Kristus, orang-orang pun akan semakin menilik sejauh apakah firman Tuhan telah berakar dalam tingkah laku dan perkataan saya.

Saya punya pilihan tentu saja untuk "tidak terlalu kelihatan" sebagai pengikut Kristus. Ini akan mengurangi sorotan atas diri saya, tidak menempatkan saya di dalam fishbowl. Tetapi saya disadarkan beban itu karena khawatir penilaian orang atau karena tidak ingin mendukakan Tuhan? Aneh, penilaian orang bisa lebih penting dibandingkan hati Tuhan. Jadi saya teruskan saja doa syafaat sebelum makan saya seperti biasa, hehehe...

Pelajaran 4: "...for man looks at the outward appearance, but the LORD looks at the heart." (1 Samuel 16:7b NASB)
Saat berkesempatan berjalan dengan seorang rekan saya baru menyadari bahwa jalannya agak pincang. Rekan ini adalah salah satu Research Manager untuk East Asia. Satu kedudukan yang menggambarkan kehandalannya di bidang ini. Meskipun demikian saya mendapati kadang ada ekspresi kerendahdirian yang tampil. Perjalanan pendek menuju kamar kami masing-masing itu mendadak menimbulkan keharuan di hati saya saat ia dengan semangat menceritakan berbagai hal biasa tentang pekerjaannya.

Saya tersentuh karena rekan ini bukanlah jiwa yang percaya Kristus sebagai Juruselamatnya. Saya mencoba membayangkan sulitnya hari-hari yang harus dijalani dengan kekurangan fisiknya yang jelas terlihat itu, bagaimana pandangan orang terhadapnya. Dan bukan cuma rekan ini tetapi juga orang-orang lain yang hadir di bumi dengan kekurangan fisik begitu menonjol hingga jadi perhatian orang-orang lain. Dan semua itu harus dijalani tanpa Kristus sebagai Juruselamatnya. Tanpa Tuhan yang akan menyadarkan mereka bahwa Tuhan tidak melihat kekurangan fisik ini tapi menilik dalam-dalam hati mereka. Tuhan mengajarkan pada saya hari itu, "Look beyond what your eyes can see. Look beyond what your judgmental thinking can see. See everyone as I see them. Do you see their heart? Do you see a heart longing for their Saviour, true Saviour? Do you let them see Me through you?"

Pelajaran 5: "For we all stumble in many ways." (James 3:2 NASB
Saat bekerja dengan seorang rekan yang terasa sangat menjengkelkan, entah berapa kali kesabaran saya ini seperti bunuh diri terjun dari lantai 16 kantor disana. Selain tidak pernah meminta maaf setelah jelas-jelas melakukan kesalahan akibat sok tahunya, dia pun tak juga belajar dari kesalahan itu dan terus mengulangi kesalahan yang sama. Akibatnya menghambat kecepatan kerja saya. Akhirnya daripada terus berfokus pada dan menghabiskan waktu untuk konfrontasi itu saya memutuskan untuk bekerja secara terpisah dan selekasnya berfokus untuk menemukan solusi dari masalah kami. Tetapi hasilnya yang saya temukan justru membuat saya makin malu pada 'kepandaian' saya.

Saat melihat rekan tersebut berkutat setengah mati saat harus bekerja sendiri Tuhan menegur saya dengan satu ayat di atas dengan keras. "Child, everybody stumbles. And they do not just stumble. They stumble in many ways! And remember, I said everybody, which means it includes you!" Ya kawan, ayat ini indah sekali. Ayat ini memberitahukan hati saya yang bebal bahwa kalau orang-orang di sekeliling saya, terutama orang-orang yang saya kasihi, jatuh dalam satu kesalahan, sesungguhnya mereka bukan sedang tidak berlaku normal. Mereka justru sedang berlaku normal. Sehingga kalau mereka melakukan hal yang sebaliknya yaitu menghormati kita, menyayangi kita, memperhatikan kita, mereka justru sedang berlaku abnormal... Abnormal karena yang berdosa dipakai menjadi saluran keindahan yang tanpa dosa. Lebih abnormal dibandingkan gabungan genetik antara ayam, anjing dan babi (kecuali kalo mereka disatukan jadi masakan)...!

Saya bertobat hari itu dan berterima kasih sebesar-besarnya pada Tuhan karena masih memberikan saya kesempatan untuk berekonsiliasi lagi dengan rekan itu. Untuk masih adanya kesempatan belajar memaafkan dan melihat balok di mata saya sendiri. Untuk masih adanya kesempatan sekali lagi melihat keindahan jiwa seseorang di balik kekurangannya yang tidak menyenangkan hati saya sesaat. Bahkan Tuhan berkenan membuat saya merasa iba terhadap rekan tersebut karena Tuhan saat itu lebih berkenan menegur saya terlebih dahulu. Hak apa saya boleh diistimewakan begitu rupa oleh Tuhan? Lalu apa yang harusnya saya lakukan agar rekan tersebut bisa pula melihat kalau Tuhan pun menyayangi dia?

Pelajaran 6: You will never stop learning, take heart and just keep going!

Masih ada banyak sekali pelajaran-pelajaran lain yang saya peroleh kemarin. Pelajaran-pelajaran pribadi yang begitu indah sehingga sulit untuk bisa saya ungkapkan. Di atas semuanya itu yang terindah adalah Tuhan terus menyampaikan pesan, "You are Mine!" Apapun yang orang lakukan terhadap saya, katakan tentang saya, semua itu tidak ada artinya tanpa saya memandang semua itu lewat kata-kata di atas, "You are Mine!"...

Terima kasih Tuhan buat cintaMu yang seringkali sulit saya mengerti...

No comments: