Thursday, July 05, 2007

Submit?! Get Real...

"Laura mengumpulkan segenap keberaniannya dan sambil memandang lekat wajah Almanzo, dia bertanya, “Apakah kamu akan memintaku mengucapkan kata ‘tunduk’ di janji pernikahan kita nanti?” Almanzo balik memandang Laura dan dengan bersungguh-sungguh mengatakan bahwa ia tidak akan meminta Laura melakukan hal itu, demikian pula dengan pendeta Brown. Almanzo pernah mendapati pendeta Brown berdebat dengan seseorang selama berjam-jam tentang ayat yang ditulis rasul Paulus."

Itulah perkenalanku pertama kali dengan kata “submit” dalam pernikahan. Waktu itu aku belum mengerti (anak umur 6 atau 7 tahun gitu lho…) kenapa hal itu menjadi masalah yang harus diungkapkan Laura Ingalls Wilder dengan ekspresi serius. Kala itu aku sangat koetoe-boekoe dengan seri Little House yang ditulisnya hingga minus kacamataku terjun bebas dengan indah ke titik –4.00 saja. Sebutan “nenek” pun tak ku hiraukan kalau sudah membuka buku-buku setebal 2 cm yang miskin gambar itu. Apapun yang Laura lakukan atau katakan sangat kuidolakan, hingga tiba saat keriput-keriput cantik di sudut mata ini bertambah… Barulah saat itu aku mengerti ternyata aku berbeda sekali dengan Laura (lho..?!?!), eh… (kembali ke laptop!) maksudku dalam soal submission ini.


“Wives, be subject to your own husbands, as to the Lord. For the husband is the head of the wife, as Christ also is the head of the church, He Himself being the Saviour of the body. But as the church is subject to Christ, so also the wives ought to be to their husbands in everything.”
Ephesians 5:22-24 NASB

Uuggh… get real, girl! Itulah kira-kira komentar yang paling sering kudengar saat ayat-ayat ini dibahas. Ada satu kebaikan besar buatku karena dari kecil hingga dewasa aku akrab bersentuhan dengan pandangan-pandangan yang menolak “Wife Submission” sebagaimana yang tertulis di Alkitab. Dengan demikian saat kebenaran tentang hal tersebut diungkapkan Alkitab, aku mendapatkan berbagai masukan yang justru mengokohkan kebenaran yang diajarkan Kristus tersebut.

It Is Not Easy
We are all fallen creatures. We know it too well although we hate to admit it (hie hie hie… ketawa culas!). Sometimes we think we are doing well in some areas only to find out there are more areas need a lot improvements in! We fear the relationships with other people as much as we want it to happen. Seorang temanku yang hendak menikah dalam waktu dekat ini mengerti sekali apa yang aku maksudkan (wink wink…!).

We know we are imperfect and we know our spouse is imperfect as well. So ladies, we tell God that His command about submission is unrealistic. Christ is perfect, yet our spouses are not. Christ deserves our complete submission because He is good, loving and all (everything you can imagine), again, our spouses are not. That makes submission seems impossible.

Secondly, in this fallen world things are too out of hand. We learn well how we are so powerless when it comes to having control over things. I once discussed with a blogger about this. Our inability to control things even our own body. Pikir sedikit tentang kentut. Seberapa kuat kita bisa mengontrol keinginan si kentut untuk mewahyukan dirinya? Setiap perempuan yang pernah mengalami PMS tahu persis betapa nyamannya bisa kentut di masa-masa itu. Thus my dear amigos, if we cannot control a such seemingly minor thing, let alone controlling something really major like the relationship in a marriage.

Thirdly, we get hurt easily and we know the more we love someone the bigger that person’s capability to hurt us. I see all heads nod in agreement. In submitting ourselves to our imperfect spouse under circumstances we are unable to control will bring risk of getting hurt. Very deeply. So we build our own electrical fence. We tell God that He will have to forgive us for not following the church example in her submission to Christ. After all, does not God know better about imperfectness, does He?

It Is Can Be Done
How? By the grace of God, through the redemption of Christ as He died on the cross. The first and foremost thing we need to remember is that GOD is GOOD. GOD is LOVE. He is GOOD and LOVING. Nothing He commands is to destroy us. Just look at the Israelite when they were exiled, the prophet Jeremiah who brought the words of God told the people this, “For I know the plans that I have for you, ‘declares the LORD, ‘plan for welfare and not for calamity to give you a future and a hope.” Jeremiah 29:11 NASB.

So, including that very command is to bring us back into our position as His chosen, holy and blameless one. By following His commands in His grace, this world we know is turned into how it should be.

Secondly, God is in control over everything. He who gives us that command is capable to bring good even out of the seemingly bad result our actions generate. Seharusnya kita terus mensyukuri betapa luar biasa terkendalinya hidup kita saat berada di dalam tanganNya. Begitu mudahnya Tuhan mengendalikan segala sesuatu. Siapa bisa memegang setitik debu? Mustahil, lebih baik kita kembali ke laptop dan lihat pertanyaan lainnya bukan? Tapi seperti itulah dunia ini di tanganNya dalam kontrolnya. “Behold, the nations are like a drop from a bucket, and are regarded as a speck of dust on the scales. Behold, He lifts up the islands like fine dust.” Isaiah 40:15 NASB.

Jadi, kalau kita tidak meragukan natur dan kuasa Tuhan, sudah seharusnya kita tidak meragukan hal-hal yang dimintaNya untuk kita lakukan. Kebodohan kita tidak akan membuat yang direncanakanNya gagal, meskipun dengan mata kita yang begitu terbatas kita dalam sementara waktu akan melihatnya demikian

What Good Submission Does To Us
Submission membuat segala tatanan bergerak kembali ke arah sebagaimana yang dimaksudkan Tuhan sebelum manusia jatuh ke dalam dosa dan sesudah ditebus kembali oleh Kristus. Ada sinergi indah yang tercipta kala segala sesuatu berada pada tempatnya.

Submission mendidik para istri akan ketaatan mereka sendiri kepada Tuhan. Sesungguhnya, berbahagialah para istri karena Tuhan memberikan kesempatan lebih banyak untuk dilatih berserah, taat, tunduk, percaya, mengikuti pimpinan Tuhan lewat suaminya. Ada kursus intensif khusus buat para istri selama hidup di dunia ini lewat perintah Tuhan yang satu ini.

Submission yang benar akan semakin memperkuat ikatan pernikahan dan keluarga. Aku coba melihat ini dalam hubungan pimpinan dan bawahan yang aku alami sekarang. Tidak terlalu tepat dalam konteks suami-istri, tapi mungkin bisa sedikit menyerupai. Dengan submit pada pimpinanku, membuat pimpinanku merasakah dukungan akan segala tindakannya. Menyemangatinya melalui hal-hal yang sulit sekalipun. Dan in return, pimpinanku semakin memikirkan kepentingan kami semua dalam setiap pengambilan keputusannya. Karena jika hal tersebut menyusahkan kami, akan menyusahkannya juga. Kami saling membutuhkan (meskipun hubungan Christ and His church jauh lebih berarti dari sekadar saling membutuhkan tentunya).

Submission membuat seorang istri menjadi semakin dekat pada TuhanNya. Kesadaran akan ketidaksempurnaan dirinya dan suaminya membuat kebergantungan hidupnya yang semakin kuat pada Tuhan yang pasti telah dengan bijaksana memerintahkannya untuk submit kepada suaminya. Dan tidak ada hal yang jauh lebih indah jika seseorang bisa hidup begitu erat dengan Tuhan. Realitas dunia yang jatuh semakin kehilangan pegangannya. Pandangannya ke hidup yang kekal semakin jelas. Tidak ada lagi yang bisa menggoncangkan hidupnya sampai menghancurkannya. It is well with my soul, no matter what the circumstances be.

Ah… terlalu banyak hal indah yang bisa dibahas tentang submission, melebihi segala kengerian yang kita pikir akan timbul daripadanya. Dengan keterbatasan pemikiran dan pengetahuanku sekarang, terlalu sedikit yang aku bisa share pada teman-teman disini tentang submission. Tujuanku yang utama kini adalah menjalankannya, belajar melaksanakannya dalam kapasitas yang Tuhan berikan sekarang padaku.

Sekarang, mari kita dengarkan juga apa yang John Piper katakan tentang submission ini dalam khotbahnya bertajuk The Beautiful Faith of Fearless Submission, a definitely must read!

No comments: