Fear Factor!
Beberapa minggu terakhir ini saya kerap mengikuti acara Fear Factor tayangan salah satu stasiun TV lokal. Yang paling menarik dari live show ini adalah mengamati bagaimana para kontestan berelasi satu dengan lainnya, bagaimana mereka menampilkan diri dan nilai-nilai yang dianutnya, bagaimana reaksi mereka saat berhadapan dengan situasi yang tidak terduga dan selalu berubah. Meskipun saya juga sadar ada faktor dramatisasi dan pemilihan karakter para peserta agar membuat show menjadi menarik, tetap saja menarik mengamati kejadian-kejadian disana, bagaimana karakter-karakter tertentu bereaksi dalam satu situasi.
Salah satu session yang kurang menarik buat saya adalah saat para peserta diharuskan menghabiskan bermacam-macam makanan yang mungkin sekali hanya akan mereka konsumsi sekali seumur hidup. Tapi kali kemarin ada sesuatu yang menggelitik saya saat menyaksikan para peserta menyantap hidangan “lezat” tersebut.
Di saat itu rupanya hidangan yang tersedia (donat isi) begitu menjijikkan sehingga hanya satu orang peserta yang berhasil menghabiskan bagiannya dan langsung memenangkan hadiah senilai USD 10,000. Peserta-peserta lain meskipun hingga mengeluarkan airmata berderai-derai saking tidak tahan menghadapi “kelezatan” hidangan, mereka akhirnya mundur. Satu orang bahkan mundur pada gigitan pertama.
Saya jadi terpikir untuk mengibaratkan makanan itu seperti berbagai tawaran kenikmatan yang ditawarkan dunia ini. Kenyamanan hidup yang didapat dari kekayaan yang berlimpah, ketenaran dan citra diri, kedudukan tinggi dan segala cinta yang bisa dibeli. Itu semua yang dikejar begitu banyak dari kita, termasuk banyak dari para pengikut Kristus sendiri, bahkan yang berjubah pendeta. Tapi sayangnya segala sesuatu yang ditawarkan dunia ini untuk dinikmati demi kenikmatan itu sendiri tak ubahnya makanan pada Fear Factor tersebut.
Tampilan luar si donat begitu menggiurkan, tetapi satu gigitan saja, kita langsung tahu betapa busuknya ia sebenarnya. Sehingga seharusnya berbahagialah peserta yang sudah langsung berhenti pada gigitan pertama. Ada anugerah Tuhan yang memampukan ia untuk membedakan mana yang seharusnya menjadi nutrisi buatnya dan mana yang bukan. Meskipun seringkali kita harus lebih dahulu melalui masa-masa yang sangat tidak menyenangkan untuk menyadari mana yang berharga dan mana yang bukan. Tapi pada akhirnya berbahagialah kita yang memuntahkan kembali kenikmatan palsu tersebut.
Definisi pemenang pun jadi terbalik. Kita mungkin melihat yang menjadi pemenang adalah yang berhasil mendapatkan segala-galanya dalam hidup ini, tetapi sesungguhnya betapa besar “kantong busuk” yang dibawanya karena ia telah mengisi tubuhnya dengan berbagai hal yang memuakkan demi satu hal bernama AMBISI meraih segala kenikmatan dunia ini. Siapa yang menang akhirnya? Apa yang dimenangkannya? Hanya lembaran uang yang dalam sekejap akan musnah. Lembaran uang yang tidak ada artinya saat ia harus menghadap Sang Pencipta.
Aah… senangnya nonton Fear Factor… terus mengingatkan apa sesungguhnya yang berharga dalam hidup ini... =)
Salah satu session yang kurang menarik buat saya adalah saat para peserta diharuskan menghabiskan bermacam-macam makanan yang mungkin sekali hanya akan mereka konsumsi sekali seumur hidup. Tapi kali kemarin ada sesuatu yang menggelitik saya saat menyaksikan para peserta menyantap hidangan “lezat” tersebut.
Di saat itu rupanya hidangan yang tersedia (donat isi) begitu menjijikkan sehingga hanya satu orang peserta yang berhasil menghabiskan bagiannya dan langsung memenangkan hadiah senilai USD 10,000. Peserta-peserta lain meskipun hingga mengeluarkan airmata berderai-derai saking tidak tahan menghadapi “kelezatan” hidangan, mereka akhirnya mundur. Satu orang bahkan mundur pada gigitan pertama.
Saya jadi terpikir untuk mengibaratkan makanan itu seperti berbagai tawaran kenikmatan yang ditawarkan dunia ini. Kenyamanan hidup yang didapat dari kekayaan yang berlimpah, ketenaran dan citra diri, kedudukan tinggi dan segala cinta yang bisa dibeli. Itu semua yang dikejar begitu banyak dari kita, termasuk banyak dari para pengikut Kristus sendiri, bahkan yang berjubah pendeta. Tapi sayangnya segala sesuatu yang ditawarkan dunia ini untuk dinikmati demi kenikmatan itu sendiri tak ubahnya makanan pada Fear Factor tersebut.
Tampilan luar si donat begitu menggiurkan, tetapi satu gigitan saja, kita langsung tahu betapa busuknya ia sebenarnya. Sehingga seharusnya berbahagialah peserta yang sudah langsung berhenti pada gigitan pertama. Ada anugerah Tuhan yang memampukan ia untuk membedakan mana yang seharusnya menjadi nutrisi buatnya dan mana yang bukan. Meskipun seringkali kita harus lebih dahulu melalui masa-masa yang sangat tidak menyenangkan untuk menyadari mana yang berharga dan mana yang bukan. Tapi pada akhirnya berbahagialah kita yang memuntahkan kembali kenikmatan palsu tersebut.
Definisi pemenang pun jadi terbalik. Kita mungkin melihat yang menjadi pemenang adalah yang berhasil mendapatkan segala-galanya dalam hidup ini, tetapi sesungguhnya betapa besar “kantong busuk” yang dibawanya karena ia telah mengisi tubuhnya dengan berbagai hal yang memuakkan demi satu hal bernama AMBISI meraih segala kenikmatan dunia ini. Siapa yang menang akhirnya? Apa yang dimenangkannya? Hanya lembaran uang yang dalam sekejap akan musnah. Lembaran uang yang tidak ada artinya saat ia harus menghadap Sang Pencipta.
Aah… senangnya nonton Fear Factor… terus mengingatkan apa sesungguhnya yang berharga dalam hidup ini... =)
No comments:
Post a Comment