Wednesday, June 27, 2007

Pangeran Kecilku

Namanya Jorel. Pertama kali berjumpa dengannya hatiku terusik melihat tatapan matanya. Kosong. Tiada senyum hadir disana saat kusapa dan kupegang tangannya yang mungil. Aku ingin sekali tahu apa yang dipikirkannya saat dia duduk diam di bangkunya tiap-tiap hari Minggu pagi itu. Di saat-saat dia seolah terdiskoneksi dengan dunia sekitarnya. Selalu kusempatkan di waktu-waktu itu untuk menyapa, mengelus kepalanya dan mengajaknya berbicara. Beberapa minggu berlalu dan tatapan kosong itu perlahan-lahan tergantikan dengan tatapannya padaku yang kuusahakan tak pernah jauh darinya. Senyum mulai menghiasi wajahnya setiap kali kuajak bicara. Setiap kali aku memanggilnya, selalu dia datang ke dekatku dan duduk bersama.


Jorel kini sudah lebih tua satu tahun usianya dari pertama kali kami bertemu. Seminggu yang lalu dia sudah bisa menjawab dalam satu kalimat lengkap saat kutanyakan bagaimana kabarnya. Kini dia selalu responsif dengan lingkungan sekitarnya. Selalu ikut dengan semangat saat kami bernyanyi memuji Tuhan bersama. Sudah begitu jauh dia berubah Bapa, pangeran kecilku sudah semakin dewasa….

Bapa, dia tak ubahnya diriku, mungkin itulah sebabnya aku begitu tersentuh dengan keberadaannya. Di dalam tatapannya yang kosong, aku melihat tatapan mataku sendiri. Dalam keterpisahannya dengan dunia sekitarnya, aku melihat diriku yang karena merasa begitu terluka memisahkan diri dari dunia sekitarku. Dan Kau kembalikan semua senyum dan keceriaan itu kembali Tuhan, perlahan-lahan di dalam sang waktu, dengan begitu lembut.

Masih kuingat saat-saat aku didera rasa duka yang menyiksa. Menyaksikan putri-putri dan pangeran-pangeran kecilku justru semakin menguak luka yang begitu sulit sembuh. Belum lagi yang satu kering, sudah bertorehkan yang lain lagi. Saat-saat kutahan habis jatuhnya airmataku dan berusaha keras menutupi semua itu dengan seulas senyumanku.

Hingga hari ini Tuhan, tak habis-habisnya rasa terima kasihku karena topanganMu di saat-saat itu, atas komitmen yang Kau tanamkan dalam di hatiku untuk terus bersentuhan dengan putri-putri dan pangeran-pangeran kecilku. Kau bungkus aku sehingga tak ada satupun yang terjadi tak mampu kuhadapi saat itu.

Saat aku tak mampu menghadapi dunia orang dewasa yang terasa begitu keras, Engkau mengalirkan sentuhan kasihMu lewat tangan-tangan mungil itu. Kulihat wajahMu yang tersenyum lewat senyum mereka. Kudengar seruan kasihMu lewat lagu yang kunyanyikan bersama mereka, “GOD is so good, GOD is so good, GOD is so good, is so good to me!” Mereka dengan tulus menerimaku apa adanya, lengkap dengan segala kekuranganku, lengkap dengan segala hal yang kubenci tentang diriku. Mereka memaklumi kesalahan-kesalahanku, bahkan tertawa karenanya, seolah berkata, “It is okay, Lause, aku tetap sayang padamu.” Di dalam itu semua aku seolah mendengar pernyataanMu sendiri, “Aku tetap akan selalu mencintaimu, karena engkau milik-Ku”

Kau datangkan orang-orang yang sangat tepat untuk mengasah karakterku yang begitu kasar ini. Mereka kuanggap penganggu pada awalnya, terutama ibu seorang pangeranku yang kerap memberikan kritik seolah tidak cukup segala hal yang sudah kucoba untuk kulakukan dengan sebaik mungkin. Tapi kasihMu melembutkan hatiku dan memampukanku menjalin suatu hubungan kerjasama yang indah pada akhirnya. Dia telah pergi kini aku mulai mengerti keberadaannya memang untuk mengubahku waktu-waktu itu. Aku harap bisa bertemu kembali dengannya, Bapa. Ada sesuatu dalam tatapan matanya yang mengandung luka tak terkatakan. Aku bisa merasakannya dan ingin sekali bisa menjadi sahabatnya, mungkin satu hari nanti, Bapa…

Bapa, saat ku berteriak tak sanggup terus melayani bagi putri dan pangeran kecilku itu, sedikit sekali yang aku ketahui bahwa sesungguhnya bukan aku yang melayani, melainkan akulah yang Kau layani lewat mereka. Aku pikir aku tengah belajar harus mengasihi, tetapi sesungguhnya akulah yang sudah Kau kasihi lebih dahulu sehingga bisa sedikit mengerti arti mengasihi. Bukan aku yang memangku anak-anak kecilku itu, tapi akulah yang ada di pangkuanMu di saat-saat itu…

Jorel, tetap datang ke sekolah Minggu yah, biarpun aku hanya sebentar lagi ada bersamamu. Ada satu perjalanan baru yang harus sama-sama kita tempuh. Terima kasih Tuhan untuk setiap putri dan pangeran kecilku, aku berjanji tidak akan melepaskan kesempatan bekerja ini hingga tiba waktuku pergi...

“Then some children were brought to Him so that He might lay His hands on them and pray; and the disciples rebuked them. But Jesus said, “Let the children alone, and do not hinder them from coming to Me; for the kingdom of heaven belongs to such as these.”
Matthew 19:14 NASB

No comments: