The Nine (-2)
Satu kisah yang tersimpan dari satu masa di January 2004. Satu perjalanan jauh pertama setelah the Nine berkali-kali gagal dengan rencana ke Dufan! Jadilah pembalasan dendam dilakukan dengan sekaligus berkereta-api menuju pengikatan janji Gayung sebagai istri pertama, sah dan satu-satunya sampai maut memisahkan, bagi sang idaman hati.
Hanya Tuhan yang tahu bagaimana sembilan nona cantik bisa bersahabat meskipun dengan berbagai karakter yang begitu berbeda-beda. What a journey, gals... What a friendship we have...
Dear temen2 semua,
Acara Gayung sudah berlangsung dengan sukses, minimal itulah yang terasa di pihak kita2 yang pergi.
Ebit ternyata baru kali ini naik kereta Argo sehingga waktu breakfast pertama di kereta dia belum tahu gimana caranya memasang nampan yang ada di tempat duduk.
Ebit dan Elsa juga dititipin oleh2 seaujubileh sama teman2 kantor/orang2 rumah, sehingga kerjaan kita dari kota ke kota adalah MEMBELI OLEH-OLEH... Beli oleh2 di Semarang, beli oleh2 di Wonosobo, beli oleh2 di Purwokerto. Sementara cece yang ngidam wingko cap kereta api cuma ketemu cap kereta diesel sehingga akhirnya tidak beli juga.
Kita bertiga juga sempat mencicipi MIE ONGKLOK yang dimakan dengan SATE SAPI, rekomendasi top dari Ibu Yafung (formerly Gayung) dan hasilnya.... Ebit dan Cece serasa 'tertipu' dengan promosi heboh Gayung. Kita meragukan 'rasa' mie ongklok itu karena kita percaya ada faktor "X" yang membuat mie itu terasa begitu enak, yaitu "dengan siapa Gayung makan mie ongklok-nya". Hal ini sudah kita konfirmasikan dan benarlah adanya.... Saat menyantap mie itu, Gayung tengan hangat2nya dibuai kisah pertjintaannya dengan Ko Yafung. So... it explains, right gals?
Saat di resepsi, Ineke pun menyusul dari Semarang, tampil dengan dandanan bak Inul Daratista yang gilang gemintang itu. Gaun merah menyala bertaburan payet berkilau dilengkapi dengan rambut palsu setinggi Menara Eiffel membuat rombongan kita saat masuk ke ruangan resepsi diberikan tempat PALING DEPOOOAAAAN!!! Padahal gue cuma memberikan keterangan pada pengantar tamu bahwa kita itu teman2 Gayung dari Jakarta....
Acaranya sangat meriah. Selain makanannya yang berlimpah2 sehingga sering tidak bisa dihabiskan kita2 semeja (padahal kita rata2 kelas berat semua), rentetan acaranya juga padat sehingga ngga terasa sudah waktu sudah lewat. Yang patut dicatat disini mungkin goyangan penari2 yang disewa Gayung, terutama PENARI PRIA-nya. Ineke hampir tak kuasa menahan dirinya untuk 'turun' mendampingi penari pria yang tak tertara "ok-nya" itu. Sekedar mengingatkan teman2, defini "OK" itu bisa berarti macam2 lho, tergantung siapa yang mendefinisikannya.....
Kita bertiga, cece-elsa-ebit juga DIUNDANG MAKAN MELULU sama cici-nya Ko Yafung. Dan dengan manisnya Ebit dan Elsa berkelit dengan manis, menyorongkan Cece ke depan untuk jadi jubir yang menerima/menolak tawaran Cie Chin Chin itu.... Berat Cece sudah bertambah SATU KILO sepulang cece dari sana.
Elsa yang tidak membawa sepatu berhak rendah sempat dibuat terkepot2 karena 'diseret' Cece dan Ebit dari ujung utara wonosobo sampai ujung selatannya dengan BERJALAN KAKI saja.... Alhasil, kaki Elsa yang agak2 melepuh sudah berbicara lebih banyak daripada jeritan hatinya. Cece dan Ebit sempat membujuk Elsa agar teguh kukuh berjalan kaki dengan berjanji bahwa saat pulangnya kita akan naik andong. Tapi.... karena terlalu bernapsu membeli oleh2, andong pun terlupa.
Dan tentu saja kita sempat NYASAR.... Dipandu Cece dan Ebit yang berjalan di depan, rombongan kecil kita sempat nyasar ke pasar traditional dimana kaki Elsa diculek2 mas2 iseng. Bagusnya setelah nyasar pertama itu, kita tak lagi nyasar menyusuri kota wonosobo yang memang kecil nan apik itu (hanya ada satu toserba teman2, namanya RITA).
Yah, sekilas itu saja cerita kami2 yang pergi. Di bawah, sedikit perincian untuk tambahan biaya yang harus Ebit, Elsa dan Cece bayar yaitu sbb:
taxi 30,000
lunch - smg 47,500
dinner - wnsb 15,000
taxi + dll 40,000
pak min 10,000
total 142,500
per orang 47,500
Demikianlah teman2. Sampai berjumpa lagi di acara berikutnya!
Merdeka!!!
cece
Hanya Tuhan yang tahu bagaimana sembilan nona cantik bisa bersahabat meskipun dengan berbagai karakter yang begitu berbeda-beda. What a journey, gals... What a friendship we have...
Dear temen2 semua,
Acara Gayung sudah berlangsung dengan sukses, minimal itulah yang terasa di pihak kita2 yang pergi.
Ebit ternyata baru kali ini naik kereta Argo sehingga waktu breakfast pertama di kereta dia belum tahu gimana caranya memasang nampan yang ada di tempat duduk.
Ebit dan Elsa juga dititipin oleh2 seaujubileh sama teman2 kantor/orang2 rumah, sehingga kerjaan kita dari kota ke kota adalah MEMBELI OLEH-OLEH... Beli oleh2 di Semarang, beli oleh2 di Wonosobo, beli oleh2 di Purwokerto. Sementara cece yang ngidam wingko cap kereta api cuma ketemu cap kereta diesel sehingga akhirnya tidak beli juga.
Kita bertiga juga sempat mencicipi MIE ONGKLOK yang dimakan dengan SATE SAPI, rekomendasi top dari Ibu Yafung (formerly Gayung) dan hasilnya.... Ebit dan Cece serasa 'tertipu' dengan promosi heboh Gayung. Kita meragukan 'rasa' mie ongklok itu karena kita percaya ada faktor "X" yang membuat mie itu terasa begitu enak, yaitu "dengan siapa Gayung makan mie ongklok-nya". Hal ini sudah kita konfirmasikan dan benarlah adanya.... Saat menyantap mie itu, Gayung tengan hangat2nya dibuai kisah pertjintaannya dengan Ko Yafung. So... it explains, right gals?
Saat di resepsi, Ineke pun menyusul dari Semarang, tampil dengan dandanan bak Inul Daratista yang gilang gemintang itu. Gaun merah menyala bertaburan payet berkilau dilengkapi dengan rambut palsu setinggi Menara Eiffel membuat rombongan kita saat masuk ke ruangan resepsi diberikan tempat PALING DEPOOOAAAAN!!! Padahal gue cuma memberikan keterangan pada pengantar tamu bahwa kita itu teman2 Gayung dari Jakarta....
Acaranya sangat meriah. Selain makanannya yang berlimpah2 sehingga sering tidak bisa dihabiskan kita2 semeja (padahal kita rata2 kelas berat semua), rentetan acaranya juga padat sehingga ngga terasa sudah waktu sudah lewat. Yang patut dicatat disini mungkin goyangan penari2 yang disewa Gayung, terutama PENARI PRIA-nya. Ineke hampir tak kuasa menahan dirinya untuk 'turun' mendampingi penari pria yang tak tertara "ok-nya" itu. Sekedar mengingatkan teman2, defini "OK" itu bisa berarti macam2 lho, tergantung siapa yang mendefinisikannya.....
Kita bertiga, cece-elsa-ebit juga DIUNDANG MAKAN MELULU sama cici-nya Ko Yafung. Dan dengan manisnya Ebit dan Elsa berkelit dengan manis, menyorongkan Cece ke depan untuk jadi jubir yang menerima/menolak tawaran Cie Chin Chin itu.... Berat Cece sudah bertambah SATU KILO sepulang cece dari sana.
Elsa yang tidak membawa sepatu berhak rendah sempat dibuat terkepot2 karena 'diseret' Cece dan Ebit dari ujung utara wonosobo sampai ujung selatannya dengan BERJALAN KAKI saja.... Alhasil, kaki Elsa yang agak2 melepuh sudah berbicara lebih banyak daripada jeritan hatinya. Cece dan Ebit sempat membujuk Elsa agar teguh kukuh berjalan kaki dengan berjanji bahwa saat pulangnya kita akan naik andong. Tapi.... karena terlalu bernapsu membeli oleh2, andong pun terlupa.
Dan tentu saja kita sempat NYASAR.... Dipandu Cece dan Ebit yang berjalan di depan, rombongan kecil kita sempat nyasar ke pasar traditional dimana kaki Elsa diculek2 mas2 iseng. Bagusnya setelah nyasar pertama itu, kita tak lagi nyasar menyusuri kota wonosobo yang memang kecil nan apik itu (hanya ada satu toserba teman2, namanya RITA).
Yah, sekilas itu saja cerita kami2 yang pergi. Di bawah, sedikit perincian untuk tambahan biaya yang harus Ebit, Elsa dan Cece bayar yaitu sbb:
taxi 30,000
lunch - smg 47,500
dinner - wnsb 15,000
taxi + dll 40,000
pak min 10,000
total 142,500
per orang 47,500
Demikianlah teman2. Sampai berjumpa lagi di acara berikutnya!
Merdeka!!!
cece
No comments:
Post a Comment