Amsal 31: The Opening
Extravaganza mode ON.
“Mau tahu gimana caranya bisa hafal Alkitab?”
“Gimana, Pak?”
“Baca tiap hari. Dan bukan cuma satu ayat, tapi misalnya satu surat atau buku. Dulu waktu masih kuliah, setiap hari saya baca Amsal dari depan sampai belakang. Bacanya sekaligus dalam satu kali baca.”
“Oya, Pak? Wah… pasti Amsal 31 yang jadi favorit deh…!”
“Aaaah… kalian ini!”
“Hahahahaha! (semuanya tergelak)”
Extravaganza mode OFF.
Begitulah kira-kira salah satu perkenalanku yang berkesan dengan Amsal 31. Saat itu yang sering kuperhatikan tentang Amsal adalah jumlah pasalnya yang tepat 31 sehingga dulu seringkali dijadikan bacaan harian, satu pasal satu hari (which is not a good way in reading the Bible, hehehe…!). Tapi bicara tentang Amsal 31 memang ada kesan tersendiri, bahkan banyak tulisan-tulisan atau pemikiran-pemikiran yang dikhususkan untuk membahas bagian ini saja. Aku sendiri menemukan beberapa blog yang secara khusus berfokus pada Amsal 31 ini.
Why? Aku rasa mungkin karena orang menginginkan panduan untuk memilah-milah dengan siapa dia berelasi, terutama dalam hubungannya dengan menentukan pendamping hidup (istri gitu lho, hehehe… !). Tapi bukan hanya wanita, menurutku ada bagian-bagian pada Amsal 31 yang bisa berlaku pula buat pria. Dan buatku sendiri Amsal 31 ini menarik karena sejak gigitan pertama nenek moyangku yang cantik, Eve, pada buah dari pohon Pengetahuan yang Baik dan Jahat, manusia sudah kehilangan sense untuk menilai apa yang sebetulnya berharga dan tidak. Sehingga hanya dengan kembali pada apa yang Tuhan paparkanlah things can fall into places again.
Kali ini aku mencoba untuk menuliskan hal-hal yang aku dapatkan dari bagian Alkitab ini dan aku ingin melihat apakah kalau aku baca tulisan-tulisan itu beberapa tahun ke depan ada pengertian lain yang akan aku dapat. Atau masih seberapa besarkah jarak antara apa yang aku ketahui atau katakan dengan apa yang aku lakukan.
Serius mode ON.
(Amsal, Amsal, ditulis Pak Sal, berdasarkan nasehat Ibu Suri. Kok kayak Liz Curtis Higgs yah? à …cengiran kuda mulai muncul…
Serius mode OFF. Mode Macem-macem mode ON.
Dari kalimat pembukaannya cukup jelas kita lihat bahwa Amsal ini dituliskan oleh seorang ibu untuk putranya yang menjadi raja. Menarik sekali buatku bahwa sebelum si ibu memberikan berbagai deskripsi tentang bagaimana seorang wanita yang seharusnya dipilih oleh anaknya, terlebih dahulu dia memberikan berbagai nasehat kepada anaknya sendiri tentang bagaimana menjadi seorang pria dan raja yang baik. Sangat bijaksana!
Natur kita adalah menginginkan yang terbaik dari orang lain, tetapi seringkali sedikit sekali atau bahkan tanpa mempedulikan apakah kita sendiri sudah pula berusaha menjadi yang terbaik bagi orang tersebut. Kita seringkali hanya bisa menuntut orang di sekitar kita harus begini dan begitu tanpa benar-benar sadar bahwa banyak hal dari diri kita sendiri yang sebetulnya perlu dibereskan, meskipun mungkin berbeda sisi dengan orang lain tersebut. Bersyukur ibunda raja Lemuel bisa melihat itu!
Sedikit Keluar Konteks mode ON.
Jadi teringat the Golden Rule dari Kristus yang berkata;
Kristus disini bahkan berbicara tentang standar yang jauh lebih tinggi lagi. Jangan hanya bisa menuntut dari orang lain, tetapi sebaliknya lakukanlah terhadap orang lain apa yang kau ingin agar mereka lakukan padamu, terlepas dari apakah orang tersebut sudah melakukan hal itu kepadamu atau belum. Kristus membalikkan sifat kita yang selalu menuntut agar menjadi inisiator dalam menuntut, eeee…. maksudku dalam melakukan apa yang baik terlebih dahulu.
Kristus bukan cuma berkata jangan menyakiti orang lain kalau kau tak ingin disakiti, karena jelas tidak ada orang yang ingin disakiti. Termasuk orang-orang yang menghukum dirinya sendiri dengan cara menyakiti tubuhnya sendiri (para asketis misalnya), sebetulnya melakukan hal ini agar terbebas dari rasa berdosanya. Jadi sebetulnya tidak ada orang yang ingin disakiti. Dan Kristus disini justru mendorong kita melakukan hal-hal yang baik kepada orang lain. Tentu saja baik disini dalam konteks sesuai dengan apa yang Dia ajarkan.
Sedikit Keluar Konteks mode OFF.
Kembali pada bagian pembukaan dari Amsal 31 selanjutnya, mulai dari ayat 10-31 dikatakan bahwa setiap ayat di sini dimulai dengan tiap huruf alphabet Ibrani yang berjumlah 22 buah. Sama seperti Mazmur 119. Sayang sekali saat ini aku belum mencoba melihat tiap ayat dalam kaitannya dengan alphabet yang dipakai (PR, PR!).
Satu hal yang menarik perhatianku adalah judul yang diberikan Alkitab untuk bagian ayat 10-31. Beberapa versi yang coba aku kumpulkan seperti ini:
- NASB berjudul “Description of a Worthy Woman”
- ESV berjudul “The Woman Who Fears the LORD”
- NKJV berjudul “The Virtuos Wife”
- LAI berjudul “Istri yang Cakap”
- NIV (UK) “The Wife of Noble Character"
Buatku ini berarti Amsal ini bukan hanya mendeskripsikan para istri saja, tetapi juga mendeskripsikan wanita-wanita lain yang tanpa pasangan seperti para lajang ataupun para janda. Pada semua putri-putri Eve.
Dan melihat dalam konteks bahwa Amsal ini ditujukan bagi para pria, maka Amsal ini mengajarkan bagaimana para pria seharusnya melihat dan kemudian membantu para wanita mereka agar bisa menjadi wanita yang takut akan Tuhan. Sebagaimana Kristus memanggil para suami untuk menjadi pemimpin bagi istri-istri mereka bukan dengan sekadar berkuasa dan memerintah para wanita-wanita mereka bagaikan raja yang jauh di atas tahta, maka para pria justru harus turun membantu para wanita mereka agar bisa mendampingi mereka.
Sampai disini dulu aku membahas tentang pembukaan dari Amsal 31. Di kali lain aku akan mencoba membagikan apa yang aku mengerti dari ayat-ayat mulai dari 10-31. Please pray for me that by God’s grace I would be able to be one of these worthy women one day, worthy in His eyes, first, foremost and always…
Mode Macem-macem mode (still) ON.
“Mau tahu gimana caranya bisa hafal Alkitab?”
“Gimana, Pak?”
“Baca tiap hari. Dan bukan cuma satu ayat, tapi misalnya satu surat atau buku. Dulu waktu masih kuliah, setiap hari saya baca Amsal dari depan sampai belakang. Bacanya sekaligus dalam satu kali baca.”
“Oya, Pak? Wah… pasti Amsal 31 yang jadi favorit deh…!”
“Aaaah… kalian ini!”
“Hahahahaha! (semuanya tergelak)”
Extravaganza mode OFF.
Begitulah kira-kira salah satu perkenalanku yang berkesan dengan Amsal 31. Saat itu yang sering kuperhatikan tentang Amsal adalah jumlah pasalnya yang tepat 31 sehingga dulu seringkali dijadikan bacaan harian, satu pasal satu hari (which is not a good way in reading the Bible, hehehe…!). Tapi bicara tentang Amsal 31 memang ada kesan tersendiri, bahkan banyak tulisan-tulisan atau pemikiran-pemikiran yang dikhususkan untuk membahas bagian ini saja. Aku sendiri menemukan beberapa blog yang secara khusus berfokus pada Amsal 31 ini.
Why? Aku rasa mungkin karena orang menginginkan panduan untuk memilah-milah dengan siapa dia berelasi, terutama dalam hubungannya dengan menentukan pendamping hidup (istri gitu lho, hehehe… !). Tapi bukan hanya wanita, menurutku ada bagian-bagian pada Amsal 31 yang bisa berlaku pula buat pria. Dan buatku sendiri Amsal 31 ini menarik karena sejak gigitan pertama nenek moyangku yang cantik, Eve, pada buah dari pohon Pengetahuan yang Baik dan Jahat, manusia sudah kehilangan sense untuk menilai apa yang sebetulnya berharga dan tidak. Sehingga hanya dengan kembali pada apa yang Tuhan paparkanlah things can fall into places again.
Kali ini aku mencoba untuk menuliskan hal-hal yang aku dapatkan dari bagian Alkitab ini dan aku ingin melihat apakah kalau aku baca tulisan-tulisan itu beberapa tahun ke depan ada pengertian lain yang akan aku dapat. Atau masih seberapa besarkah jarak antara apa yang aku ketahui atau katakan dengan apa yang aku lakukan.
Serius mode ON.
(Amsal, Amsal, ditulis Pak Sal, berdasarkan nasehat Ibu Suri. Kok kayak Liz Curtis Higgs yah? à …cengiran kuda mulai muncul…
Serius mode OFF. Mode Macem-macem mode ON.
"The words of King Lemuel, the oracle which his mother taught him:
What, O my son? And what, O son of my womb? And what, O son of my vows?
Do not give your strength to women, or your ways to that which destroys kings.
It is not for kings, O Lemuel, it is not for kings to drink wine, or for rulers to desire strong drink,
For they will drink and forget what is decreed, and pervert the rights of all the afflicted.
Give strong drink to him who is perishing, and wine to him whose life is bitter.
Let him drink and forget his poverty and remember his trouble no more.
Open your mouth for the mute, for the rights of all the unfortunate.
Open your mouth, judge righteously, and defend the rights of the afflicted and needy."
Proverbs 31:1-9 NASB
What, O my son? And what, O son of my womb? And what, O son of my vows?
Do not give your strength to women, or your ways to that which destroys kings.
It is not for kings, O Lemuel, it is not for kings to drink wine, or for rulers to desire strong drink,
For they will drink and forget what is decreed, and pervert the rights of all the afflicted.
Give strong drink to him who is perishing, and wine to him whose life is bitter.
Let him drink and forget his poverty and remember his trouble no more.
Open your mouth for the mute, for the rights of all the unfortunate.
Open your mouth, judge righteously, and defend the rights of the afflicted and needy."
Proverbs 31:1-9 NASB
Dari kalimat pembukaannya cukup jelas kita lihat bahwa Amsal ini dituliskan oleh seorang ibu untuk putranya yang menjadi raja. Menarik sekali buatku bahwa sebelum si ibu memberikan berbagai deskripsi tentang bagaimana seorang wanita yang seharusnya dipilih oleh anaknya, terlebih dahulu dia memberikan berbagai nasehat kepada anaknya sendiri tentang bagaimana menjadi seorang pria dan raja yang baik. Sangat bijaksana!
Natur kita adalah menginginkan yang terbaik dari orang lain, tetapi seringkali sedikit sekali atau bahkan tanpa mempedulikan apakah kita sendiri sudah pula berusaha menjadi yang terbaik bagi orang tersebut. Kita seringkali hanya bisa menuntut orang di sekitar kita harus begini dan begitu tanpa benar-benar sadar bahwa banyak hal dari diri kita sendiri yang sebetulnya perlu dibereskan, meskipun mungkin berbeda sisi dengan orang lain tersebut. Bersyukur ibunda raja Lemuel bisa melihat itu!
Sedikit Keluar Konteks mode ON.
Jadi teringat the Golden Rule dari Kristus yang berkata;
“In everything, therefore, treat people the same way you want them to treat you, for this is the Law and the Prophets.”
Matthew 7:12 NASB
Matthew 7:12 NASB
Kristus disini bahkan berbicara tentang standar yang jauh lebih tinggi lagi. Jangan hanya bisa menuntut dari orang lain, tetapi sebaliknya lakukanlah terhadap orang lain apa yang kau ingin agar mereka lakukan padamu, terlepas dari apakah orang tersebut sudah melakukan hal itu kepadamu atau belum. Kristus membalikkan sifat kita yang selalu menuntut agar menjadi inisiator dalam menuntut, eeee…. maksudku dalam melakukan apa yang baik terlebih dahulu.
Kristus bukan cuma berkata jangan menyakiti orang lain kalau kau tak ingin disakiti, karena jelas tidak ada orang yang ingin disakiti. Termasuk orang-orang yang menghukum dirinya sendiri dengan cara menyakiti tubuhnya sendiri (para asketis misalnya), sebetulnya melakukan hal ini agar terbebas dari rasa berdosanya. Jadi sebetulnya tidak ada orang yang ingin disakiti. Dan Kristus disini justru mendorong kita melakukan hal-hal yang baik kepada orang lain. Tentu saja baik disini dalam konteks sesuai dengan apa yang Dia ajarkan.
Sedikit Keluar Konteks mode OFF.
Kembali pada bagian pembukaan dari Amsal 31 selanjutnya, mulai dari ayat 10-31 dikatakan bahwa setiap ayat di sini dimulai dengan tiap huruf alphabet Ibrani yang berjumlah 22 buah. Sama seperti Mazmur 119. Sayang sekali saat ini aku belum mencoba melihat tiap ayat dalam kaitannya dengan alphabet yang dipakai (PR, PR!).
Satu hal yang menarik perhatianku adalah judul yang diberikan Alkitab untuk bagian ayat 10-31. Beberapa versi yang coba aku kumpulkan seperti ini:
- NASB berjudul “Description of a Worthy Woman”
- ESV berjudul “The Woman Who Fears the LORD”
- NKJV berjudul “The Virtuos Wife”
- LAI berjudul “Istri yang Cakap”
- NIV (UK) “The Wife of Noble Character"
Buatku ini berarti Amsal ini bukan hanya mendeskripsikan para istri saja, tetapi juga mendeskripsikan wanita-wanita lain yang tanpa pasangan seperti para lajang ataupun para janda. Pada semua putri-putri Eve.
Dan melihat dalam konteks bahwa Amsal ini ditujukan bagi para pria, maka Amsal ini mengajarkan bagaimana para pria seharusnya melihat dan kemudian membantu para wanita mereka agar bisa menjadi wanita yang takut akan Tuhan. Sebagaimana Kristus memanggil para suami untuk menjadi pemimpin bagi istri-istri mereka bukan dengan sekadar berkuasa dan memerintah para wanita-wanita mereka bagaikan raja yang jauh di atas tahta, maka para pria justru harus turun membantu para wanita mereka agar bisa mendampingi mereka.
Sampai disini dulu aku membahas tentang pembukaan dari Amsal 31. Di kali lain aku akan mencoba membagikan apa yang aku mengerti dari ayat-ayat mulai dari 10-31. Please pray for me that by God’s grace I would be able to be one of these worthy women one day, worthy in His eyes, first, foremost and always…
Mode Macem-macem mode (still) ON.
No comments:
Post a Comment