Tuesday, August 28, 2007

What I Have Learnt at RWF

24 June 2007. My first day at RWF that continues until today. I still remember the lecture title that day “Stupid Mental Arithmetic”. Since then I have been attending the class without absence. That day marked the beginning of my journey in facing the Giants in my life. By the grace of the Lord, one by one the once so-called Giant in my life fell down. Most of them in unexpected way!

Through RWF I have learnt a lot, not from the lectures alone but also from the interactions between and the reactions from the attendees. These are some major lessons that I have learnt so far, may these serve as reminders as I continue this journey until the day when the Lord moves me to another walk…


The Labels
Berkata terang-terangan bahwa aku mengikuti kegiatan RWF secara rutin somehow terasa seperti menabuh genderang peperangan dengan beberapa kalangan dari gereja dimana aku terdaftar sebagai anggotanya sekarang. Aku mengawalinya dengan menghadapi tatapan-tatapan kurang bersahabat dan email-email kirimanku yang ditolak oleh milis pelayanan yang aku ikuti. Saat ini aku juga bersiap seandainya satu saat nanti aku dikeluarkan dari pelayanan yang saat ini Tuhan berikan padaku. Aku percaya segala sesuatunya berasal dari Tuhan. Datang perginya pun pasti seijin Tuhan. Tinggal kunikmati saja setiap ups and downs, terus menyerap apapun yang tengah Tuhan ajarkan.

Aku bukan pengikut asal-asalan. Semuanya kulakukan setelah lewat pergumulan panjang. Buatku sangat melelahkan kalau terus-menerus lebih memikirkan apa yang akan dicapkan orang atas tindakan-tindakanku daripada memikirkan apa yang Tuhan mau atau beri untuk aku lakukan sekarang. Aku tidak suka dicap pemberontak karena memang bukan itu tujuanku dengan terus ikut RWF, tapi aku tidak bisa melarang orang berpikir apapun tentangku, itu hak mereka. Sama seperti hak-ku untuk berpikir apapun tentang mereka. Sehingga aku belajar menerima label apapun yang mereka lekatkan, karena yang paling penting label apa yang sudah Tuhan berikan buatku dan mereka…

Berada di RWF somehow membuatku merasa seolah berada dalam gereja invisible-nya Tuhan. Persekutuan dari berbagai orang yang datang karena dibuat rindu akan kebenaran oleh Tuhan (apapun motivasinya), terasa seperti menggambarkan invisible church yang nanti akan dinyatakan dan digenapkan kehadirannya saat Kristus datang kembali. Aku semakin belajar untuk tidak mengkotak-kotakkan orang berdasarkan prasangka-prasangka awal yang aku miliki terhadap mereka. Belajar lebih punya open mind berhadapan dengan orang yang tidak aku kenal, jangan lekas-lekas melabelkan orang lain. Dan aku harus ingat bahwa kalau aku percaya setiap orang makin diubah agar semakin serupa dengan Kristus, maka sangat mungkin terjadi label yang pernah kulekatkan pada orang lain harus kuubah seiring dengan perubahan orang tersebut. Tidak ada label yang melekat selamanya selain label sebagai anak-anak Bapa di dalam Kristus!

Mengalah itu indah
Aku hanya heran, kenapa yang mengajarkan kebenaran jadi lebih diperlakukan sebagai lawan daripada yang terang-terangan memusuhi. Di tempat ini, banyak orang yang tahu kebenaran dengan begitu dalam sehingga akhirnya mulai bertindak seolah menjadi tangan Tuhan. Akibatnya, bukan hanya rumput dan ilalang yang dibasmi, tapi juga kawan sendiri! Ah Tuhan… akupun dulu begitu pula bukan? Kalau bukan karena hajaran (baca: ajaran!) dan jeweranMu entah sudah berapa banyak teman yang bakal hilang karenaku.

Tapi di diri pengajar RWF inilah aku melihat bahwa mengalah itu indah. Yang mendiskreditkan tanpa perlawanan hingga hari ini seolah masih terus kepanasan dengan dendam. Sementara yang didiskreditkan tanpa melawan justru semakin tenang terfokus dengan apa yang Tuhan sudah bebankan untuk dilakukan. Dengan satu kepasrahan sekaligus kesediaan untuk pergi kemanapun jalannya dipimpin Tuhan. Berdoa semoga Tuhan terus pimpin agar dia tetap seperti itu, semoga masih terus ditambahkan kasih karunia Tuhan kepadanya, karena tanpa itu, dia pasti tidak ada bedanya dengan orang yang mendiskreditkannya…

Same Old Disappointing Place
Tak juga kurang orang-orang yang datang ke RWF dengan kekecewaan yang didapat dari gerejaku. Macam-macam kekecewaan, macam-macam kekesalan yang tidak tersalurkan. Tapi disini aku jadi belajar. Orang yang kecewa dan kemudian hanya menyalahkan semua pihak tanpa introspeksi dirinya sendiri, akan terus menjadi orang yang kecewa tak habis-habisnya dimanapun dia berada. Every place will in the end turns to be that same old disappointing place!

Disini aku jadi belajar, apapun kesalahan pihak lain tidak menganulir kesalahanku sendiri. Dalam batas-batas tertentu aku sendiri yang harus bertanggung jawab atas kekecewaan yang aku alami. Aku sendiri yang harus memilih untuk menjadi pahit atau melihat ini sebagai pelajaran baik yang Tuhan beri. Sehingga bila tiba saatnya nanti aku mampu mengatasi semua kekecewaan itu dan melihat betapa indah jalan dan cara yang Tuhan beri untuk aku lalui.

Dengan kekuatan dan kasih yang dari Tuhan, aku menolak untuk menjadi sama dengan orang-orang yang terus-menerus kecewa di tempat dimanapun mereka berada. Aku memilih untuk bloom where I am planted, although it is a place of adversities. I believe God’s grace is beyond my every difficulty!

Nobody’s Perfect, Nothing’s Perfect
Memilih untuk pindah karena tak kuasa menghadapi kekurangan di tempat lama semoga tidak akan pernah jadi motivasiku. Karena aku percaya, sebaik apapun seseorang ataupun sesuatu tampaknya pada awalnya, semua itu punya potensi besar untuk mengecewakanku satu saat nanti. Karena tidak ada yang sempurna. Tidak ada yang tanpa salah. Tapi aku pindah karena memang sudah saatnya aku pergi. Aku pindah karena tempatku sudah bukan disitu lagi, saat ini. Dan aku bersedia kembali kapanpun Tuhan memimpin.

Disini aku belajar lebih dalam arti mencintai tanpa kondisi. Keadaan sulit bukanlah satu alasan untuk pergi. Justru diam dan olahlah semua kesulitan itu sehingga aku makin dewasa di dalamnya. Hingga saat ini masih terus kujalani setiap kegiatan di gerejaku. Justru dengan ketekunan yang semakin bertambah, dengan kesungguhan yang tidak kulihat sebelumnya. Dan juga, semoga dengan kebijakan lebih dalam di setiap langkah karena akan semakin banyak mata yang melihat apapun yang kulakukan.

Aku belajar di RWF, untuk semakin menggantungkan pengharapanku hanya di dalam Dia yang mencintaiku dalam hidup dan matiNya. Dan tahukah engkau apa yang terjadi, aku justru semakin jarang kecewa terhadap apapun yang terjadi. Jarang kecewa bukan karena semakin kurang berharap apa-apa lagi, tapi justru karena semakin punya pengharapan yang besar bahwa tidak selamanya keadaan akan terus menyusahkan begini. Aku belajar bahwa berharap adalah salah satu bagian terpenting dari hidupku. Masalahnya, hanya harapan yang di dalam Kristuslah yang tidak akan pernah mengecewakan.

Sehingga inilah pesanku, berharaplah engkau, kawan… Berharaplah dalam-dalam… Tapi bersiaplah untuk kecewa sedalam-dalamnya jika engkau berharap para mereka yang Dia ciptakan… Sehingga berharaplah dalam-dalam pada Dia yang tak pernah ingkar pada janjiNya, meskipun jalan-jalanNya mustahil kau pahami…

Di Surga Nanti
Di tengah pertikaian, seringkali aku terpikir, kenapa juga kita mesti begini, padahal satu saat nanti bertemu di surga, kita semua adalah saudara, saling mengasihi tanpa benci, saling memahami tanpa salah mengerti. Kenapa tidak kita mulai disini? Bukankah Kristus sudah menebus semua yang jatuh ke dalam dosa? Apakah kita harus saling menunggu untuk memulai mengasihi? Masih berapa lama lagi kita lari dari pembentukkan karakter Kristus dalam diri kita?

Selama setahun terakhir ini, Tuhan sering sekali mengajakku berpikir, seperti apa kita di surga nanti? Lucu sekali pastinya kalau bertemu dengan orang yang kita benci, akan tertawa gelikah aku menertawakan kekeraskepalaanku membencinya selama umur hidupku di dunia? Kalau sekarang menangisi terus-menerus nasib yang kukatakan buruk, akan terheran-herankah aku nantinya melihat bagaimana itu semua dijalin Tuhan menjadi gambar indah bukan hanya bagiku tapi juga bagi setiap orang yang terlibat di dalamnya?

Ah… masih banyak hal yang harus kupelajari untuk kemudian melakukan apa yang Tuhan sudah beri untuk dipelajari. Terima kasih Bapa untuk semua yang Engkau buat aku mengerti lewat kelas-kelasku di RWF ini…

No comments: